proposal
<script data-ad-client="ca-pub-3325696405747057" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya, dan pendidikan.”Revolusi industri sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengetahuan sejak akhir abad ke-19 turut mempengaruhi
pendidikan dengan menghasilkan alat-alat yang dapat dipakai
untuk pendidikan” [1]
Sangat untung bahwa sejak awal mula pendidikan senantiasa bersikap terbuka terhadap penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. Hal ini mempunyai maksud bahwa sistem pendidikan yang tidak mau dan kurang bisa menyelaraskan diri dengan kemajuan teknologi tersebut, maka system pendidikan tentu akan ketinggalan zaman. Sistem pendidikan tentu tidak lagi relevan dan integral dengan kemajuan yang telah diperoleh dunia. .
Upaya peningkatan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. “Salah satu upaya untuk peningkatan proses pembelajaran adalah penggunaan media secara efektif mempertinggi kualitas yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar” [2]
Sangat untung bahwa sejak awal mula pendidikan senantiasa bersikap terbuka terhadap penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. Hal ini mempunyai maksud bahwa sistem pendidikan yang tidak mau dan kurang bisa menyelaraskan diri dengan kemajuan teknologi tersebut, maka system pendidikan tentu akan ketinggalan zaman. Sistem pendidikan tentu tidak lagi relevan dan integral dengan kemajuan yang telah diperoleh dunia. .
Upaya peningkatan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. “Salah satu upaya untuk peningkatan proses pembelajaran adalah penggunaan media secara efektif mempertinggi kualitas yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar” [2]
Guru memiliki peran yang sangat
penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas yang dilaksakannya. Untuk memenuhi hal tersebut diatas, “guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa
sehingga mau belajar karena memang siswalah subyek utama dalam proses belajar .
Dalam sistem pendidikan modern fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan perlu dibantu dengan media pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Hal ini disebabkan karena pekerjaan guru adalah pekerjaan professional yang membutuhkan kemampuan dan kewenangan.
Dalam sistem pendidikan modern fungsi guru sebagai penyampai pesan-pesan pendidikan perlu dibantu dengan media pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Hal ini disebabkan karena pekerjaan guru adalah pekerjaan professional yang membutuhkan kemampuan dan kewenangan.
Kemampuan guru dalam menjalankan perannya sebagai
pengajar, administrator dan pembina ilmu dapat dilihat dari sejauh manakah guru dapat
menguasai metodologi media pendidikan di sekolah untuk kepentingan anak didiknya. Untuk mengupayakan pendidikan yang
berkualitas, guru seringkali menemukan kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran. Khususnya bagi guru pendidikan agama islam, dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih menunjukkan kekurangan
dan keterbatasan.
Terutama dalam kualitas proses belajar mengajar yang dikembangkannya yang selanjutnya berakibat langsung kepada rendah dan
tidak meratanya kualitas hasil yang dicapai oleh para siswa
Kondisi
semacam ini akan terus terjadi
selama guru pendidikan agama islam masih menganggap bahwa dirinya merupakan
sumber belajar bagi siswa dan mengabaikan peran media pembelajaran.”Materi pelajaran pendidikan agama islam syarat
dengan nilai-nilai bagi pembentukan
pribadi muslim, namun apabila materi itu disajikan dengan cara yang kurang tepat, tidak
mustahil akan timbul pada diri siswa rasa tidak senang terhadap pelajaran pendidikan agama
islam dan bahkan juda terhadap gurunya”[3]
Salah
satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian adalah penggunaan media pembelajaran secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar.
Sebagai guru pendidikan agama islam tampaknya dalam mempengaruhi siswa untuk dapat mempelajari dan memahami ajaran islam sesuai dengan kemampuan nalar manusia terhadap wahyu Allah dan Rasul-Nya perlu dibantu dengan media pembelajaran.
Sebagai guru pendidikan agama islam tampaknya dalam mempengaruhi siswa untuk dapat mempelajari dan memahami ajaran islam sesuai dengan kemampuan nalar manusia terhadap wahyu Allah dan Rasul-Nya perlu dibantu dengan media pembelajaran.
Cara-cara mengajarkan materi pendidikan agama islam secara tradisional
dengan menitik beratkan kepada metode ceramah tampaknya tidak memadai lagi, sebab para siswa telah mulai kritis. Metode ceramah murni hanya efektif
untuk sekitar 15 menit yang pertama.
Untuk selanjutnya daya serap siswa terhadap ceramah mulai menurun. Untuk melibatkan sebanyak mungkin alat indra siswa dalam proses belajar
mengajar maka metode ceramah itu perlu divariasikan dengan media .
Dengan menggunakan media pembelajaran yang dipersiapkan dengan baik berarti guru pendidikan agama islam telah membantu siswanya mengaktifkan unsur-unsur psikologis yang ada dalam diri mereka seperti pengamatan, daya ingat, minat, perhatian, berpikir, fantasi, emosi dan perkembangan kepribadian mereka.” Sikap jiwa mereka yang tenang dengan minat belajar yang besar sangat potensial sekali dibutuh kembangkan sebagai dasar materi keimanan, ibadah, sikap sosial, pembentukan akhlak karimah dan sebagainya”[4]
Dengan menggunakan media pembelajaran yang dipersiapkan dengan baik berarti guru pendidikan agama islam telah membantu siswanya mengaktifkan unsur-unsur psikologis yang ada dalam diri mereka seperti pengamatan, daya ingat, minat, perhatian, berpikir, fantasi, emosi dan perkembangan kepribadian mereka.” Sikap jiwa mereka yang tenang dengan minat belajar yang besar sangat potensial sekali dibutuh kembangkan sebagai dasar materi keimanan, ibadah, sikap sosial, pembentukan akhlak karimah dan sebagainya”[4]
Pesan-pesan
agama yang dibantu dengan media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi kegairahan.Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa penggunaan media pembelajaran bukan sekedar upaya untuk membantu guru dalam mengajar, tetapi lebih dari itu sebagai usaha
yang ditujukan untuk memudahkan siswa dalam mempelajari pengajaran agama. Akhirnya media pembelajaran memang pantas digunakan oleh guru
pendidikan agama islam, bukan hanya sekedar alat bantu mengajar bagi guru, namun diharapkan akan timbul kesadaran baru bahwa media
pembelajaran telah menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan agama sehingga dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membantu lancarnya bidang tugas yang diemban untuk kemajuan dan meningkatkan kualitas
peserta didik.. Padahal anak sebagai subyek pembelajar merupakan makhluk Allah yang memiliki kekuatan psikopisik yang jika memperoleh sentuhan yang
tepat akan mendorong murid berkembang dalam kapasitas yang
mengagumkan. Untuk itu pendidik harus membangun kemampuan pada dirinya
agar dapat mengubah gaya-gaya mengajar yang bersifat tradisional menjadi gaya mengajar modern, sehingga guru mengajar dengan luwes dan
gembira. Dengan banyak cara yang tidak kalah pentingnya, dapat menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran
sehingga guru mampu mengefektifitaskan penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Dengan melihat fenomena para pelaku
pendidikan yang berada di lingkungan pendidikan, di sekolah-sekolah dasar dan yang berada di wilayah pedesaan. Dalam mengemban tugas sehari-hari,
selaku pendidik masih banyak dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan menerapkan gaya-gaya atau model
mengajar tradisional seperti “aku bicara, kalian mendengarkan” guru menerangkan, anak atau siswa disuruh
diam, padahal diamnya
anak belum tentu mereka senang dan paham terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
Oleh
karena alat-alat yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi sudah sedemikian majunya, tidaklah pada tempatnya lagi jika penyampaian pesan-pesan
pendidikan masih secara verbalitas atau dengan kata-kata belaka. Pendidikan harus
sejalan dengan kemajuan cara manusia menggunakan semua alat yang ada untuk proses pembelajaran di sekolah menjadi efektif.
Banyak hal yang bermanfaat bagi peserta didik apabila mempelajari dan diberi pendidikan
tentang Al-qur’an mengingat isi kandungannya yang penuh dengan petunjuk dan
menjadi kewajiban kita umat manusia untuk mempelajari kitab tersebut yaitu
Al-qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al An’am ayat 155 yang berbunyi:
#x»ydur ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& Ô8u$t6ãB çnqãèÎ7¨?$$sù (#qà)¨?$#ur öNä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÎÎÈ
Artinya: ”Dan inilah sebuah kitab yang telah kami (Allah) turunkan yang
diberkati, maka dari itu turutlah dan bertaqwalah kamu (kepada Allah)
supaya kamu diberi rahmat.” (Q.S. Al An’am :155).
Ayat di atas menunjukkan bahwa ”kitab
(Al-qur’an) diberkahi, yang berisi
penuh kebaikan untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu manusia diperintahkan
agar mengikuti dan mempelajari Al-qur’an supaya diberi rahmat dan petunjuk oleh Allah di dunia maupun di akhirat
kelak”[5]
Adapun tujuan pendidikan Al-qur’an menurut M.
Quraish Shihab menyebutkan yaitu
”membina manusia secara
pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan
khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah, atau dengan kata lain
lebih singkat dan digunakan oleh Al-qur’an ”untuk bertaqwa kepada-Nya”[6]
(Munawar Cholil, 1999:31).
Dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar berjalan secara efektif maka perlu penggunaan media
pembelajaran sesuai dengan tujuan situasi dan kondisi yang ada guna meningkatkan pembelajaran dengan baik, karena berhasil
tidaknya suatu proses belajar mengajar ditentukan oleh media pembelaran yang merupakan bagian
integral dalam sistem pembelajaran.
Berangkat dari latar belakang itulah penulis
tertarik untuk meneliti tentang ”Efektifitas Penggunaan Media Proyektor Pada Mata Pelajaran Alqur’an Hadist Terhadap Keaktifan Belajar SiswaDi MIM Senumarga
Belitang III”.
B.
Identifikasi Masalah
Dari uraian latar
belakang masalah diatas penulis memberikan gambaran penting dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Pendidikan alqur’an hadist merupakan
mata pelajaran pokok dalam pendidikan agama islam khususnya tingkat madrasah.
2. Dalam proses kegiatan belajar
mengajar diperlukan media yang sesuai,dan tepat sasaran, guna tercapainya keberhasilan belajar
siswa.
3. Dari berbagai macam jenis media, media
proyektor merupakan media yang tepat serta menopang
keberhasilan belajar siswa.
C.
Batasan Masalah
Untuk
menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti, maka penulis
perlu membatasi ruang lingkup pembahasan masalah yang ada dalam penelitian ini.
Adapun pembatasan masalah yang penulis maksud adalah sebagai berikut :
Materi
pembahasan Alqur’an Hadist pada penelitian ini memfokuskan pada pembelajaran
tentang tali persaudaraan atau tali sila turahmi menurut ajaran islam.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Efektifitas
Penggunaan Media proyektor pada mata pelajaran
Alqur’an hadist terhadap keaktifan belajar siswa di MIM Senumarga
Belitang III?
E. Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Efektifas
Penggunaan Media Proyektor pada mata pelajaran Alqur’an Hadist terhadap keaktifan belajar
siswa di MIM Senu Marga Belitang III.
F. Manfaat/Kegunaan Penelitian
Dari permasalahan-permasalahan yang dipaparkan di
atas, maka tujuan penelitian
adalah:
1.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Untuk mendiskripsikan
Penggunaan Media Proyektor di MI Muhammadiyah Senu Marga
b.
Untuk mengetahui Efektivitas medie proyektor pada belajar mata pelajaran Al Qur’an hadist di MI
Muhammadiyah Senu Marga
2.
Kegunaan Penelitian
a.
Kegunaan Teoritis
Secara teoritis,
penelitian ini diharapkan mampu menjadi dasar dan merupakan sumbangsih
pengayaan ilmu pengetahuan untuk peneliti-peneliti selanjutnya, khususnya dalam
upaya untuk mencari jalan pemecahan permasalahan tentang efektifitas penggunaan media proyektor pada mata pelajaran Al qur’an hadist di MI Muhammadiyah Senu Marga.
b.
Kegunaan Praktis
Dalam prakteknya, penelitian diharapkan
akan berguna bagi :
1).
Kepala Sekolah
Bagi Kepala Sekolah penelitian ini
sebagai sumbangsih untuk memperoleh informasi ilmiah tentang efektifitas penggunaan media proyektor
pada mata pelajaran Al Qur’an hadist di MI Muhammadiyah
Senu Marga
2)
Guru
Kegunaan penelitian ini bagi dewan guru pada umumnya dan
khususnya Guru Mata pelajaran Al Qur’an Hadist adalah sebagai pengetahuan dan
informasi ilmiah tentang
efektifitas penggunaan media proyektor pada mata
pelajaran Al qur’an hadist di MI Muhammadiyah Senu Marga
3)
Siswa
Bagi siswa penelitian ini dijadikan
sebagai pengetahuan tentang pentingnya efektifitas penggunaan media proyektor pada mata
pelajaran Al qur’an hadist.
G. Kajian
Pustaka
Dari penelusuran yang dilakukan terhadap
hasil-hasil kajian yang telah ada, nampaknya
penelitian ini bukan pertama kali dilakukan, tetapi telah banyak penelitian yang mengkaji tema tentang media
pembelajaran. Diantara hasil kajian telah banyak dipublikasikan baik melalui buku, jurnal maupun makalah. Media pembelajaranmemang menjadi
kajian yang menarik pemerhati pendidikan, karena peranannya yang begitu besar yaitu menyampaikan informasi belajar sekaligus dapat
memperlancar interaksi antara guru dengan pesera didik
sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien
Penelitian mengenai media pembelajaran pendidikan agama islam banyak diteliti oleh para peneliti antara lain :
Penelitian mengenai media pembelajaran pendidikan agama islam banyak diteliti oleh para peneliti antara lain :
1.
Skripsi Suharyanti, (2008) dengan judul “Manfaat Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam
Pada Siswa
Kelas V SDN BINA KARSA”.
Dari hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini setelah memanfaatkan media pengajaran
yang digunakan dalam proses belajar mengajar pendidikan agama
islam pada siswa kelas V di SDN BINA KARSA maka siswa lebih aktif mengikuti pelajaran, siswa merasa senang mengikuti pelajaran, siswa sangat tertarik
terhadap materi yang disampaikan.
2. Skripsi Khusnul Qotimah, (2004) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Pengajaran
Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa MA Subullussalam Sriwangi” .
Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah menunjukkan hasil yang signifikan, hasil yang diperoleh siswa dalam belajar menunjukkan standard yang baik.
Dari kedua penelitian di atas jika dicermati ada kesesuaian dengan judul yang akan penulis teliti, tetapi dari kedua penelitian di atas ada sesuatu yang berbeda. Intinya perbedaan media proyektor dengan media lainnya adalah bagaimana media proyektor tersebut dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam.
Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah menunjukkan hasil yang signifikan, hasil yang diperoleh siswa dalam belajar menunjukkan standard yang baik.
Dari kedua penelitian di atas jika dicermati ada kesesuaian dengan judul yang akan penulis teliti, tetapi dari kedua penelitian di atas ada sesuatu yang berbeda. Intinya perbedaan media proyektor dengan media lainnya adalah bagaimana media proyektor tersebut dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam.
H. Kerangka Teori
A. Tinjauan Tentang Efektifitas
Pengertian efektifitas
Efektifitas berasal
dari kata dasar efektif. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai
arti mempunyai efek, pengaruh atau akibat. Maka efektifitas bisa diartikan
seberapa tingkat besar keberhasilan yang dapat diraih (dicapai) dari suatu cara
atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Menurut kamus
ensiklopedia Indonesia ( 1989 ) efektifitas adalah menunjukkan taraf
tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektifitas apabila usaha itu
telah mencapai tujuannya. Adapun efektifitas menurut Pringgodogjo (1973: 29)
adalah menunjukkan taraf tercapainya suatu efektif apabila itu mencapai
tujuannya. Secara ideal taraf efektifitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran
yang pasti. Lebih ditegaskan oleh Madya Kasihadi bahwa efektifitas adalah
keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang direncanakan dapat tercapai,
semakin banyak rencana yang dapat dicapai semakin efektif pada kegiatan
tersebut.
Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan mengenai efektifitas penggunaan media pembelajaran
pendidikan agama islam adalah suatu usaha, sejauh mana usaha dalam pembelajaran
dengan menggunakan alat bantu (media) dalam pencapaian suatu tujuan yang telah
direncanakan. Sebagai tolak ukur dalam pembelajaran ini adalah kefahaman siswa
dalam menerima materi pelajaran.
B.
Definisi
Operasional
Agar tidak menjadi salah pengertian bagi para
pembaca dalam memahami judul skipsi ini,
maka penulis memandang perlu untuk memberi penegasan istilah yang ada dalam
judul ini, yaitu :
Pengertian Belajar
1. Belajar
a. Definisi Belajar
Sebagai landasan penguraian apa yang dimaksud dengan
belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi:
Belajar merupakan
suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebih buruk.
Belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau
menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran.
Belajar adalah
penambahan ilmu pengetahuan, yang nampak di sekolah.
Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of
Learning (1975) mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak
dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan
sebagainya).
Witherington, dalam buku Educational
Psikology mengemukakan : “Belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang
berupa kecakapan,sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”
b. Faktor Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah :
1) Faktor yang
berasal dari diri sendiri (internal)
a) Faktor jasmaniah
(fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Misalnya, mengalami cacat tubuh (Slameto, 1991 :
78).
b) Faktor psikologis,
baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,terdiri atas
:
(1) Faktor intelektif
yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor
kecakupan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
(2)Faktor
nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan,
minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
c) Faktor kematangan
fisik maupun psikis.
2) Faktor yang
berasal dari luar diri (eksternal)
a)Faktor sosial yang
terdiri atas, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.
b)Faktor budaya,
seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,dan kesenian.
c)Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan
fasilitas belajar.
d) Faktor lingkungan spiritual
atau keagamaan.
c. Elemen Belajar
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang
mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa :
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di
mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,tetapi
juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
2) Belajar merupakan
suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman.
3) Untuk dapat disebut
belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap;
harus merupakan akhir daripada suatu periode
waktu yang cukup panjang.
4)Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar”
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis”[7]
5)Thorndike, salah
seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku,mengemukakan teorinya bahwa
belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan).
6)Driscoll menyatakan
ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kinerja seseorang, yaitu
(1)belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang.
(2) hasil belajar
yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan.
Pernyataan ini dapat
diartikan, apabila siswa belajar maka hasil belajar dapat dilihat dari
kemampuannya melakukan suatu kegiatan baru yang bersifat menetap daripada
pekerjaan yang dilakukan sebelumnya sebagai akibat atau hasil dari interaksi
siswa dengan lingkungan.
7)Menurut WJS
Poerdarminto dalam Andrias Harefa, belajar adalah berusaha(berlatih dan
sebagainya)Supaya memperoleh suatu kepandaian.
8)Menurut Harord
Spear dalam Andrias Harefa, learning is to observe, to read, to initiate, to
try something themselves, to listen, to follow instruction.
Pada prinsipnya,
selain beberapa elemen belajar di atas dalam belajar terdapat 4 komponen
kegiatan, yaitu :
(1) Melakukan persepsi terhadapstimulus,
(2) Menggunakan pengetahuan prasyarat,
(3) Merencanakan respon, dan
(4) Melaksanakan respon yang dipilih.
d. Unsur Kualitas Pengajaran
Ada 3 unsur dalam
kualitas pengajaran yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa,yakni:
1) Kompetensi Guru
Variabel yang diduga
mempengaruhi kualitas pengajaran adalah guru, guru sebagai sutradara dan
sekaligus aktor dalam proses pengajaran, buku-buku pelajaran, alat bantu
pengajaran, dan lain-lain.
2) Karakteristik Kelas
Kualitas pengajaran
dipengaruhi juga oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara
lain :
a) Besarnya (class
size). Artinya, banyak sedikitnya siswa yang belajar.
b)Suasana belajar.
Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang
optimal, dibandingkan dengan suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan
otoritas ada pada guru.
c) Fasilitas dan sumber
belajar yang tersedia.
3) Karakteristik Sekolah
Faktor lain yang
mempengaruhi kualitas pengajaran di sekolah adalah karakteristik sekolah itu
sendiri. Karakteristik sekolah berkaitan dengan displin sekolah, perpustakaan
yang ada disekolah, letak geografis sekolah, lingkungan sekolah, etika dalam
arti sekolah memberikan perasaan nyaman dan kepuasan belajar, bersih, rapih,
dan teratur.
f. Tujuan Pengajaran
Penelitian kualitatif
dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) ini mempunyai tujuan untuk memotivasi
siswa agar dalam belajarnya siswa lebih aktif, kreatif, dan meningkat
prestasinya.
3. Prestasi Belajar
Guru dan siswa adalah
dua subyek yang dapat menentukan keberhasilan dalam prestasi belajar. Untuk meraih prestasi dalam
studinya siswa harus berdisiplin dalam mengikuti pelajaran, guru harus
mempunyai keterampilan yang memadai dalam mengelola kelas atau mengajar. Maka
dengan adanya dua unsur yang saling terkait ini dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Keterampilan guru
dalam mengajar sangat mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar guna mencapai puncak prestasi,siswa akan dapat belajar dengan
baik apabila dapat terjalin hubungan yang baik antara guru dengan siswa.
Menurut Thomas
Gordon, hubungan yang baik antara guru denganan siswa adalah hubungan yang :
(1) Memilih
keterbukaan hingga masing-masing pihak merasa bebas bertindak dan saling
menjaga kejujuran.
(2) Mengandung rasa
saling menjaga, saling membutuhkan serta saling berguna bagi pihak lain.
(3) Diwarnai oleh rasa saling tergantung satu
sama lain.
(4) Masing-masing
pihak merasakan terpisah satu sama lain sehingga saling memberi dan kesempatan untuk mengembangkan keunikannya kreatifitasnya, dan individualisasinya.
(5)Dirasakan oleh
masing-masing pihak sebagai tempat bertemunya kebutuhan-kebutuhan sehingga
kebutuhan satu pihak hanya dapat terpenuhi bersama-sama dengan dan melalui
terpenuhinya kebutuhan pihak lain.
H. Metodologi Penelitian
1. Rancangan penelitian:
Rancangan penelitian
yang ditetapkan berupa tindakan kelas. Prosedur dan langkah-langkah penelitian
mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan. Karena penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah “penelitian tindakan (action research) yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya
“[8]
Sedangkan menurut Rustam dan Mundilarto Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah “sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya
sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan
merekfleksikan tindakan secara kolaboratif
dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat “[9] . Dalam rancangan penelitian ini bertujuan :
a. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa MIM Senu Marga pada mata pelajaran Alqur’an hadist maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas.
1.
Untuk
meningkatkan kreatifitas belajar siswa MIM Senu Marga pada mata pelajaran Alqur’an
hadist maka perlu dilakukan
penelitian tindakan kelas.
2.
Untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa MIM Senu Marga pada
mata pelajaran Alqur’an hadist maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas.
Sehingga terperinci
tahap- tahapan dalam rancangan tindakan penelitian
kelas adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
b. Rancangan Tindakan
c. Tahap Pelaksanaan
d. Tahap Pemantauan
e. Refleksi
f. Siklus
a. Mengidentifikasi gagasan / permasalahan umum
b. Melakukan pengecekan di lapangan
c. Membuat perencanaan umum
d. Mengembangkan tindakan pertama
e. Mengimplementasikan tindakan pertama
f. Mengevaluasi
g. Merevisi perencanaan, untuk tindakan kedua,
dst.
Secara visual
langkah-langkah ini adalah
|
Gambar I. Siklus PTK
(Penelitian Tindakan Kelas)
2. Subyek Penelitian
Subyek yang akan dikenai
tindakan adalah siswa kelas V MIM Senu Marga pada mata
pelajaran Alqur’an hadist maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas.
Langkah-Langkah atau Siklus Penelitian
Menurut Suharjono langkah-langkah siklus adalah
:
a. Perencanaan
Kelas sesuai skenarionya. Skenario dari tindakan
harus Tahapan ini berupa menyusun rancangan
tindakan yang menjelaskan tentang apa,mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan
bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
b. Tindakan
Pada tahap ini,
rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tersebut tentu saja
sebelumnya telah “dilatihkan” kepada pelaksana tindakan
(guru) untuk dapat diterapkandi dalam dilaksanakan dengan baik dan tampak
wajar.
c. Pengamatan atau Observasi
Tahap ini sebenarnya
berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan,
jadi keduanyaberlangsung dalam waktu yang sama.
d. Refleksi
Tahapan ini
dimaksudkan untuk” mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang
telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan berikutnya “[11](Suharsimi Arikunto, dkk, 2007: 74).
Adapun
langkah-langkah atau siklus penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah :
a. Perencanaan
Berupaya meningkatkan
hasil belajar materi alqur’an hadist kelas v agar hasil belajar dapat meningkat. Pelaksanaan pada bulan juni tahun 2014 semester genap MIM Senu Marga pada mata pelajaran Alqur’an
hadist.
. Adapun tindakan dilakukan dengan penelitian tindakan kelas dengan tahapan siklus.
b. Tindakan
Tindakan yang
dilakukan adalah perencanaan sebelum PTK, pelaksanaan PTK dengan menggunakan metode-metode mengajar
dan pengamatan observasi setelah PTK.
c. Pengamatan atau Observasi
Peneliti mengamati tentang keaktifan, perhatian
yang dilakukan oleh siswa.
d. Refleksi
Peneliti mengkaji
persiklus, mulai dari siklus 1 bagaimana hasil belajarnya yang kemudian sebagai acuan siklus berikutnya.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian
adalah alat yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas ini alat yang digunakan terdiri
dari :
a. Silabus
Yaitu seperangkat
rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil
belajar.
b. Rencana Pelajaran
Yaitu merupakan
perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.
Masing-masing Rencana Pelajaran berisi kompetensi dasar, indikator, pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan
belajar mengajar.
c. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini
yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data.
d. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
1)Lembar Lembar observasi pengolahan metode tanya jawab untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
2)Lembar
observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
e. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.
Bentuk soal yang diberikan adalah
pilihan ganda (objektif) sebanyak 20 soal dan uraian sebanyak 10 soal.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1) Dokumentasi
Untuk melihat nilai alqur’an hadist kelas v MIM Senumarga Belitang III sebelum penerapan tindakan kelas, sehingga dapat mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok kemampuan :
tinggi, sedang, rendah.
2) Tes
Digunakan lembar tes,
yang dikerjakan siswa baik berupa tes awal maupun tes akhir.
3) Pengamatan
Dipandu dengan lembar
pengamatan yang dilakukan langsung oleh peneliti (guru) untuk memperoleh data penelitian, aktivitas
siswa dan data ketrampilan guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
6. Analisis Data
Data yang dianalisis
dari siklus I, melalui wawancara, catatan lapangan,
dan observasi ini dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Siswa diharapkan
dapat meningkat aktifitas, kreatifitas, dan prestasi belajarnya hingga mencapai indikator penelitian yang
diharapkan. Langkah yang penulis lakukan dalam
menganalisa data ini adalah sebagai berikut :
Analisis ini untuk mengetahui
persiapan penggunaan
proyektor dan meningkatkan
perhatian siswa yang dilakukan selama ini pada kelas V MIM Senumarga Belitang III.
I. Sistematika Pembahasan
Sebagai langkah penjabaran lebih lanjut bagi penulisan
ini, maka penulis merencanakan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I: Akan membahas / membicarakan
tentang; latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitin, telaah pustaka.Metodologi penelitian
dan sistematika pembahasan.
BAB II: Difokuskan membicarakan tentang
landasan teori, mengupas tentang media pembelajaran,
pendidikan Alqur’an hadist
BAB III: Dalam bab ini memuat tentang histories dan
geografis, struktur organisasi, keadaan sarana prasarana, keadaan siswa,
keadaan guru dan keadaan karyawan di MI Muhammadiyah Senu Marga
.
BAB IV : Difokuskan
membicarakan tentang hasil penelitian.
BAB V : Difokuskan membicarakan tentang kesimpulan,
saran dan penutup.
Jakarta:
Depdikbud, (2009:1-2)
[7]
.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS.
Jakarta : Bumi Aksara.
[8] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1989), hal. 58
[11] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1989), hal. 74